Perempuan : “Aku bosan menunggu. Pekerjaan yang paling membosankan itu adalah menunggu. Tak pasti, aku tak suka itu.”
Malaikat : “Sabarlah sayang. Kau tahu saatnya kan tiba.”
Perempuan : “Sabar, Sabar, Sabar. Sampai kapan sabar? Sudah habis kesabaranku.”
Malaikat
: “Menunggu itu adalah sebuah proses untuk menguji kesabaran
setiap orang. Jika kamu bisa melewatinya, buah dari kesabaran itu adalah
harapan. Percayalah.”
Perempuan : “Aku benci
untuk bersikap sabar. Aku masih punya harapan kok. Hanya saja, aku
bosan. Kau tahu, bahwa aku adalah perempuan super sibuk. Menghabiskan
hari dengan bekerja, berpergian, beraktivitas dengan teman-temanku,
menikmati dunia dengan aneka kesukaanku. Sekarang, aku harus menunggu
tanpa aku tahu mau dibawa kemana semua ini.”
Malaikat
: “Karena itu, Tuhan membuatmu melakukan hal yang tidak kau
sukai. Menunggu. Suka atau tidak, menunggu adalah bayaran atas perbuatan
super sibuk yang kamu lakukan selama ini. Kau berpikir bahwa dunia
sudah kau atur menurut kehendak dan rencanamu. Kau dipenuhi dengan
target-target. Kau lupa bahwa Tuhan adalah penentu dari target dan
rencanamu. Ingat, kau hanya berencana tetapi Tuhan yang menentukan.
Menunggu itu menguji kesabaranmu atas apa yang kamu alami dan menguji
keberanianmu terhadap apa yang akan terjadi secara tiba-tiba.”
Perempuan
: “Ya, benar. Aku memang tidak sabar, ingin serba cepat. Aku tak
suka untuk bekerja lamban. Aku memang dipenuhi rencana-rencana.
Bagaimana mungkin hidup tanpa rencana?”
Malaikat
: (tertawa) “Apakah kau berpikir hidup tanpa rencana, seseorang
tidak bisa hidup? Hidup dengan rencana dan target adalah baik, tetapi
lebih baik untuk tidak ‘dihidupi’ oleh target sehingga kau akan
frustrasi jika tak mampu melakukannya. Waktu adalah Sang Penguasa dari
target dan rencana. Tuhan adalah tuan dari waktu. Jangan paksa Tuhan
untuk menentukan target dan rencana! Biarkan semua mengalir apa adanya!”
Perempuan
: “Bagaimana caranya agar bisa menunggu dengan lebih berkualitas?
Bagaimana caranya untuk membiarkan semua mengalir apa adanya? Bagaimana
caranya agar aku tak merasa bosan dengan menunggu?”
Malaikat
: “Pikiranmu yang membuat hidupmu semakin rumit. Hidup itu
sederhana. Menunggu juga sederhana. Sederhana saja, pasrahkan kepada
Tuhan yang empunya segalanya, termasuk waktu. Saat kau pasrah, kau
sungguh menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan kepada alam raya. Tak
usahlah kau rumitkan dengan kalimat menunggu yang berkualitas. Ukuran
kualitas ditentukan oleh manusia, Tuhan tak pernah menentukan buruk dan
baik. Biarkan Tuhan yang mengatur! Saat kau kehilangan kendali, tak
tentu arah, berdoalah dalam hatimu, dimana Tuhan ada agar Ia
menuntunmu.”
Perempuan : “Baiklah, menunggu
bukan hal yang baik untuk dilakukan. Tak pasti. Jika aku tahu seperti
ini, aku akan membuat rencana-rencana alternatif hingga waktu tak
terbuang percuma. Jika aku bisa mengulang waktu, pasti tidak ada lagi
yang namanya menunggu.”
Malaikat :
(tertawa) “Manusia sudah terbentuk oleh namanya budaya instan. Ingin
langsung jadi, tanpa mengetahui bahwa keindahan dari sebuah proses.
Menunggu adalah sebuah proses bukan hasil. Kau menikmati hasil tetapi
kau tidak menyukai proses. Jika kau merenungi saat mendapatkan hasil,
kau akan tahu bahwa disitulah Tuhan bekerja dengan cara yang indah,
termasuk sang waktu. Kau terlalu dipenuhi oleh aneka rencana. Hidup yang
terencana hanya mengekang kebebasanmu dan melupakan kondisi alam raya.
Apakah terjadinya musibah, sudah menjadi rencana? Siapakah yang membuat
rencana, jika seorang manusia itu lahir atau mati, seseorang itu hidup
berkelimpahan atau hidup dalam kesusahan? Rencana itu baik, karena
membantumu untuk mengarahkan kepada kebaikan hidup, tetapi bukan
membatasi hidup. Satu lagi, tak ada waktu terbuang percuma. Manusia saja
yang berpikir dan tak bisa memanfaatkan waktu yang diberikan. Waktu
yang diberikan setiap manusia di dunia ini adalah sama, tak ada yang
berbeda. Yang berbeda adalah bagaimana kau menghargai setiap detik yang
berharga yang diberikan Tuhan.”
Perempuan : “Apakah menunggu juga sesuatu yang berharga?”
Malaikat
: “Menunggu tetap sebuah proses yang berharga. Manfaatkan
waktu menunggu dengan mengenali sekitarmu, mengidentifikasikan tujuanmu,
menyadari sekelilingmu, menikmati detik demi detik dan bersyukur bahwa
kelak hadiah dari menunggu itu akan datang. Tuhan akan membayar
sebagaimana waktu kan tiba.”
– Di tepi penantian –
No comments:
Post a Comment