
Suatu hari saya pergi berbelanja ke Supermarket besar. Saya menjumpai
sebuah peristiwa, seorang anak merajuk dan nangis hebat saat meminta
mainan. Anak itu berguling-guling, teriak dan nangis karena melihat
ayahnya menolak beli mainan yang disukainya. Karena saya suka melihat
tingkah pola anak itu yang lucu dan menggemaskan, saya bertanya mengapa sang
ayah tidak membelikan mainan tersebut. Saya penasaran. Sang ayah
bilang, dia khawatir dengan mainan tersebut yang akan membahayakan
anaknya. Tak lama setelah itu, di ujung kasir terdengar suara anak kecil
menangis hebat dan si Ibu berusaha menenangkan si anak, anak tersebut
tampak meraung memegang matanya, sambil berteriak panas. Rupanya mainan
yang baru dibeli terkena matanya. Mainan itu adalah mainan yang akan
diminta oleh anak dari si ayah yang sedang berbicara dengan saya
barusan. Cepat-cepat si Ayah meraih si anak yang sedang merajuk sambil
menjelaskan peristiwa celaka anak di ujung kasir. Anak itu berusaha
memahami penjelasan ayahnya sambil melap air matanya dengan wajah sendu.
Meski kecewa, anak itu memahami risiko mengapa keinginannya ditolak.
Usai
berbelanja, saya menyadari sapaan Tuhan tentang doa yang belum terjawab
dengan peristiwa di supermarket tadi. Saya tidak mungkin seperti anak
kecil yang menangis, meraung, meratap dan ngamuk karena permintaannya
tidak dituruti. Sebagai Bapa yang baik, Dia tidak ingin melihat saya
menderita karena permintaan saya sendiri. Sesungguhnya Tuhan punya
alasan dari setiap doa kita, terjawab atau tidak, bukan menjadi
persoalan.
Makna doa adalah memahami kehendakNya,
sabar terhadap apa yang terjadi dan bersikap ‘ dewasa’. Bapa yang baik
tidak akan memberikan kalajengking, ketika anaknya minta telur. Ia
memahami apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan oleh kita. Ia
tidak ingin kita terluka karena keinginan kita.
No comments:
Post a Comment