Apakah marah merupakan salah satu sifat seseorang?
Dulu saya pernah punya rekan kerja sebut saja X yang hampir setiap
hari selalu marah. Dipastikan tidak ada orang yang betah bekerjasama
dengannya. Semua orang yang berada di dekatnya, paham dan menjulukinya
sebagai Pemarah. Meskipun saya tidak berhubungan langsung dalam
pekerjaan dengan X, tetapi saya jadi tertarik mengenali tabiat X ini.
Saya pun bertanya kepada Asisten X, mengapa mereka menyebut X sebagai
Pemarah? Alasannya sederhana karena X suka berteriak-teriak saat ada hal
yang tidak sesuai. Jadi indikasi marah adalah teriakan. Hmmm, well saya
jadi tertarik mengamati orang yang marah-marah.
Suatu waktu saya duduk sendiri di sebuah kedai kopi sambil menunggu
bertemu dengan teman saya. Saya amati dua orang sepertinya sepasang
kekasih di hadapan saya, sedang asyik memadu kasih. Mereka duduk
berdekatan, tangan sambil menggenggam dan berbicara berbisik sembari
cekikian atau tersenyum satu sama lain. Tak banyak pembicaraan. Kedua
mata mereka saling bertemu terlihat mesra. Anda pasti bisa membayangkan
situasi ini jika melihat sepasang kekasih yang demikian.
Tak lama berselang, muncullah teriakan di sudut meja kedai kopi
tersebut. Sewaktu duduk memang saya mengamati ada seorang yang baru saja
duduk dengan muka agak kecewa mengamati beberapa lembar dokumen di
tangannya. Hingga akhirnya, datanglah seorang pria yang terlihat lebih
muda dari pria ini, seperti seorang atasan dengan bawahannya, pria ini
memarahi pria yang baru datang ini dengan berteriak-teriak. Ia
sepertinya tidak peduli sedang berada di kafe, apalagi lingkungan
sekitar yang memandangnya takjub. Benar juga kata Asisten X, ketika
seseorang sedang marah ia akan berteriak-teriak. Kontan ini membuat
Manajer Kafe datang menenangkan pria ini dan memintanya untuk pindah
agar tidak mengganggu kenyamanan yang lain. Lalu pria yang dimarahi juga
hanya manggut-manggut dan menuruti saja. Pria yang marah segera
mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikan kepada Manajer Kafe.
Kembali ke topik marah, teriakan memang menjadi indikasi ketika
seseorang marah seperti yang ditunjukkan pria barusan. Mengapa marah
selalu identik dengan teriakan? Untuk apa pula pria barusan
berteriak-teriak padahal lawan bicaranya berada di hadapannya, tak jauh
dengannya.
Lalu hasil pengamatan saya juga kepada sepasang kekasih di hadapan
saya. Mereka tak banyak bicara, hanya berbisik dan tersenyum dan mata
mereka saling memandang satu sama lain.
Jadi ketika marah, hati begitu jauh sehingga perlu berteriak meski
orang tersebut berada di hadapan kita. Sedangkan ketika sedang jatuh
cinta, hati begitu dekat sehingga tak perlu berteriak-teriak, hanya
berbisik dan sedikit berbicara sudah mengungkapkannya.
Nah, jika anda sedang marah kepada pasangan sebaiknya tak perlu
berteriak-teriak karena semakin membuat hati anda jauh. Kendalikan
amarah anda, tarik nafas dan diskusikan apa yang menjadi permasalahan
anda. Jika anda suka marah-marah dipastikan, pasangan juga ogah
berlama-lama dengan anda.
No comments:
Post a Comment