Sedang ramai-ramainya tax amnesty atau pengampunan pajak,
orang-orang yang berkepentingan pun berlomba melaporkan pajak.
Seolah-olah pengampunan pajak sebagai periode berbenah diri. Bayangkan
bahwa pengampunan bisa diberikan kepada anda dari orang yang selama ini
dianggap musuh atau orang yang sudah anda sakiti sebelumnya. Tentu anda
akan berbahagia mendapatkan hari pengampunan tersebut.
Namun dibalik itu semua, tak semua orang mudah mengampuni orang lain. Nah, berikut adalah lima alasan mengapa orang jadi sulit mengampuni:
1. Orang sulit mengampuni karena kesalahan yang ‘terlalu berat’ untuk dimaafkan.
Ingatkah anda dengan kejadian terakhir saat bersiteru dengan dia yang
sudah disakiti? Kejadian tersebut bisa jadi merupakan kesalahan yang
fatal bagi orang tersebut sehingga sulit dimaafkan. Meski anda bisa
berdalih bahwa manusia tak pernah luput dari kesalahan namun bagi orang
tersebut kesalahan yang anda lakukan sungguh tak terampuni.
2. Orang sulit mengampuni karena mengalami ‘luka batin’ yang tak terlupakan.
Jika luka fisik bisa disembuhkan namun beda halnya dengan luka batin,
perasaan tersakiti yang menjadi alasan untuk tidak mengampuni. Untuk
hal ini butuh waktu yang lama agar mendapatkan pemulihan sehingga
terampuni. Bahkan menurut saya perlu pihak ketiga untuk memediasi atau
perlu seorang ahli yang mampu menyembuhkan ‘luka batin’.
3. Orang sulit mengampuni karena takut kejadian yang sama akan terulang lagi.
“Jika saya mengampuni orang itu, saya takut ini menjadi pembenaran
perilakunya yang jahat dan salah ke saya sehingga suatu saat bisa jadi
kejadian yang sama akan terulang,” kata seorang teman. Nah, sudah tahu bahwa kedapatan
berselingkuh lagi kedua kalinya adalah hal yang buruk bagai relasi
anda, mengapa harus terulang? Terkadang orang begitu sulit mengampuni
karena tak ingin kejadian buruk itu terulang lagi.
4.Orang sulit mengampuni karena berpikir orang lain akan memandang citra diri yang lemah (:baca diremehkan).
Ada sebagian orang berpendapat bahwa kita menjadi lebih mudah
diremehkan karena mudahnya mengampuni kesalahan. Padahal kenyataannya
tidak demikian. Membuat benteng yang kokoh pun tidak serta merta
menunjukkan citra diri yang kuat. Namun ini sekedar anggapan bahwa citra
diri ditentukan pada ego dimana sulit mengampuni kesalahan.
5. Orang sulit mengampuni karena kebiasaan dalam keluarga untuk tak mudah memaafkan kesalahan.
Apa yang membentuk karakter kepribadian kita sebagian ditentukan oleh bagaimana kita tumbuh dalam keluarga.Ada
keluarga yang permisif pada nilai-nilai pengampunan sehingga satu sama
lain dalam keluarga tidak tumbuh dalam perdamaian. Bagaimana orang tua
juga punya andil dalam mengajarkan anak tentang kekuatan pengampunan,
bukan kekuatan kebencian.
Ampuni orang lain sebagaimana kita mampu mengampuni masa lalu kita. Mengampuni
bukan berarti kita bersikap abai dan tidak peduli pada kejadian yang
menyakitkan itu, namun kita membiarkan hidup tidak terkontrol oleh
kebencian yang jadi perangkap. Bebaskan diri kita dengan penuh kedamaian!
No comments:
Post a Comment