Sebut saja Ncrut, Pria paruh baya yang memiliki wajah rupawan, duit
melimpah tetapi tak punya hati. Misi hidup Ncrut di dunia adalah
menjadikan Ncrit adalah miliknya, sebagai yang utama dari para selir
yang dimiliki tetapi tidak diakui sebagai orang yang dicintainya.
Ncrit adalah perempuan biasa namun memiliki pesona yang luar biasa.
Banyak pria mengaguminya bukan karena kecantikannya tetapi karena
kepintarannya dalam hidup. Apa saja yang dimiliki Ncrit, disukai oleh
Pria. Tubuhnya langsing, rambutnya hitam legam dibiarkan terurai, kulit
bersih dan payudara yang montok jelas mengundang birahi setiap pria,
termasuk Ncrut. Meski tak cantik, tetapi para pria mengagumi Ncrit
sebagai perempuan seksi nan pintar.
Singkat cerita Ncrut mendengar dari celotehan para pria dari negeri
seberang tentang Ncrit. Ia menjadi tertarik untuk mengetahui seperti apa
Ncrit yang dimaksud mereka. Didengarnya baik-baik komentar para pria
tentang Ncrit. Mulailah dibayangkan seperti apa sosok Ncrit ini dalam
benak Ncrut.
Ncrut yang memiliki uang, bermaksud untuk membeli Ncrit. Dia pikir
setiap perempuan dapat tunduk dengan harta kekayaan dan materi. Ternyata
tidak, saat Orang Suruhan Ncrut datang membawa segepok uang, sekotak
berlian, segenggam emas dan selembar sertifikat tanah, Ncrit menolak dan
mengusirnya.
Kata Ncrit pada Pria Suruhan Ncrut, “Katakan pada Pria Sombong itu, Perempuan lebih berharga dari benda apa pun yang kau bawakan itu.”
Pria itu pun berlalu.
Ncrut yang mendengar pesan Ncrit pun panas hati. Ditendangnya semua
barang-barang persembahan untuk Ncrit, dipukulnya Pria Suruhannya dan
dikutuknya Ncrit dalam hatinya.
“Bedebah, Perempuan macam apa kau? Tak laku pula kau hingga tak menikah sampai sekarang. Kau pikir kau tak kan tunduk padaku.”
Ncrut pun mencari akal untuk mendapatkan Ncrit. Meski hatinya tak
terlalu kepincut seperti apa yang dirasakan pada bunga desa, kampung
sebelah, tetapi hasrat menguasai terpancar jelas dalam hatinya. Toh,
sebagai pria, Ncrut tak ingin kalah saing dengan para pria yang
mengagumi Ncrit.
Dipanggilnya ahli kesehatan, Ncrut pun meminta obat malarindu
tropikangen agar Ncrit pun merindukannya hingga hatinya pun terpaut
padanya. Ahli kesehatan pun datang dan memberikan nasihat pada Ncrut.
Resep obat malarindu tropikangen terdiri dari:
- Secangkir air putih.
- Segenggam bunga melati.
- Sebuah rasa rindu Ncrut.
- Seucap mantra, dung dang ding deng lilipat
Datanglah Ncrut ke rumah Ncrit sambil membawa obat malarindu
tropikangen. Sambil berpakaian bagus dan wangi, Ncrut datang dengan
sejuta topik obrolan agar pertemuannya tak lagi membosankan.
Di jalan, obat malarindu tropikangen dijompa-jampi oleh mantra si
ahli kesehatan. Dung dang ding deng lilipat. Sebuah rasa rindu pun
diberikan dalam obat ini.
Berjumpa dengan Ncrit, tidak membosankan bagi Ncrut karena Ncrit
penuh dengan cerita menarik. Pantas saja, para pria membicarakannya.
Bukan kecantikan yang ada pada Ncrit, tetapi daya tarik yang berbeda
yang tak dimiliki oleh perempuan mana pun.
Ncrut pun menceritakan maksud kedatangannya, sambil menunjukkan
kehebatan obat malarindu tropikangen sebagai air ajaib yang mujarab di
dalam gelas, bisa menyembuhkan penyakit apa saja.
Ncrit pun kagum pada kebaikan Ncrut, diterimanya air mujarab itu dan
diucapkannya terimakasih. Ncrut pun pulang dengan bangga hati bahwa
Ncrit akan berhasil merasakan pahitnya rindu yang tak tertahankan hingga
ia bertekut lutut menanti dirinya sebagai penawar rasa sakitnya.
Ncrit yang baik, merasa bahwa air ajaib ini tak boleh sembarang
diminum. Disimpannya baik-baik air ini agar bisa digunakan saat penyakit
datang. Ncrit tak pernah lagi mengingat lagi Ncrut, toh dia adalah satu
dari banyak pria yang datang dan pergi tanpa kepastian dan komitmen.
Datang tak diundang dan datang tak pernah membawa seikat harapan, sekali
untuk selamanya, menikah.
Ncrut yang bodoh, merasa bahwa Ncrit akan berhasil ditaklukkan. Dia
pun berpuasa agar niatnya yang jahat dapat terwujud dengan bantuan para
iblis. Ncrut yang malang, tak pernah berpuasa, tak pernah susah dan tak
pernah tak makan, hingga akhirnya ia jatuh sakit.
Mendengar Ncrut sakit, seluruh wilayah kekuasaannya pun heboh.
Orang-orang suruhannya pun segera mencari ahli ramal untuk mengetahui
kesembuhan tuannya itu. Mereka lupa bahwa ramalan tak akan menyelesaikan
masalah kesehatan tetapi membuat gaduh si Ncrut mendengarkan hasil
ramalan.
Si Ahli Ramal bilang bahwa Ncrut akan menderita sakit karena rindu, kontan saja Ncrut marah besar pada si tukang ramal. “Tukang
Ramal brengsek. Tak tahukah kamu bahwa saya tak sudi bersanding dengan
Ncrit sialan itu. Dia hanya mangsa buat saya. Saya tak tertarik pada
perempuan seperti itu. Saya butuh tabib bukan peramal” teriak Ncrut tiba-tiba.
Seisi wilayah Ncrut, geger karena teriakannya. Mereka bingung. Kadang
orang merasa bahwa sakit butuh peramal bukan dokter. Sakit tidak melulu
identik dengan penyakit. Sakit bisa karena pribadi yang egois dan mau
menang sendiri. Sakit justru semakin menyakiti kalau mendera pada
orang-orang yang tak menerima keadaan. Sakit adalah rasa akibat sesuatu,
bukan karena kebutuhan untuk diketahui sesuatu. Orang memandang sakit
karena nasib. Orang memandang nasib berdasarkan sakit. Salah besar.
Singkat cerita, sakit Ncrut tak kunjung sembuh. Ia bahkan semakin
menderita dan merana. Ia menyesal melakukan tapa laku puasa hanya untuk
kepuasan batin agar ia dapat ‘memangsa’ Ncrit. Begitulah kira-kira, jika
menganggap sesama adalah mangsa, ia tak ubahnya tuan dari nasibnya. Dia
lupa bahwa Tuhan adalah tuan bagi nasib setiap orang.
Saat penderitaan sakitnya tak jua sembuh, tak ada pula ahli kesehatan
yang sanggup menyembuhkannya. Ahli kesehatan hanya bisa menyembuhkan
apa yang diderita secara fisik tetapi batin tidak. Dipanggilnya ahli
jiwa, untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada Ncrut.
Ahli jiwa belum tentu mengetahui apa yang sungguh dijiwai Ncrut. Ahli
jiwa tidak menjiwai apa yang dirasakan sesungguhnya oleh manusia. Jiwa
seperti apa yang disembuhkan oleh mereka. Keahlian seseorang tidak
berkaitan dengan julukan yang diberikan kepada mereka. Bahkan seorang
tabib sekalipun belum tentu dapat menyembuhkan dirinya sendiri.
Tuhan pun kecewa melihat kacau balau wilayah Ncrut. Tak ada yang
sesungguhnya tepat mengetahui peristiwa hidup. Tuhan yang disembah,
meski tak kelihatan bukan berarti tak tahu apa yang sedang dihadapi
umatnya. Ia membiarkan setiap peristiwa yang terjadi pada Ncrut sebagai
pelajaran yang harus dialami agar ia bisa menghargai hidup.
Dibawa oleh angin berita sakit Ncrut kepada Ncrit. Kaget luar biasa
mendengar berita tersebut, Ncrit pun bermaksud mengunjungi Ncrut dan
memberikan air mujarab yang pernah diberikan kepadanya.
Saat kunjungan datang, Ncrut menolak bertemu Ncrit. Ncrut merasa
bahwa kunjungannya hanya bermaksud mencela sakit yang dialami. Begitulah
manusia, sudah membentuk opini yang menjadi halangan kesembuhan sakit
yang dideritanya. Begitulah Ncrut, saat sakit pun, ia tak ingin
dikasihani, bahkan oleh orang yang dianggap mangsa sekalipun.
Ncrit pun membiarkan perilaku Ncrut. Dimintanya orang suruhan untuk meminumkan air mujarab tersebut.
Jika di dunia ini, virus dibuat oleh si Penangkal virus. Jika seorang
yang ahli dibodohi oleh keahliannya sendiri. Jika seorang yang sudah
memberikan obat malarindu tropikangen harus meminum penangkal untuk
meredakan sakitnya, apa yang bisa ditangkap? Ncrut pun sembuh. Ia justru
merindukan Ncrit. Ia meminta Ncrit untuk tinggal dan hidup bersamanya.
Sakit dibuatlah oleh perilaku kita sendiri. Ncrut yang memberikan
obat agar Ncrit merindukannya, justru obat itulah yang menyembuhkannya
dari rasa sakit yang dibuatnya sendiri.
Mencintai berarati mengorbankan ego kita. Mencintai bukan berarti
memberikan obat tanpa memberikan penangkalnya. Mencintai berarti
menyangkal diri sendiri, pasrah kepada keadaan sekitar dan tak
mempercayai semua ahli apa pun di dunia ini. Mencintai sesungguhnya
sadar bahwa Tuhan itu ada, yang tak pernah menjadikan kita sebagai
mangsa.
No comments:
Post a Comment