Wednesday, March 21, 2018

CERPEN: Ncrut Ncrit


Sebut saja Ncrut, Pria paruh baya yang memiliki wajah rupawan, duit melimpah tetapi tak punya hati. Misi hidup Ncrut di dunia adalah menjadikan Ncrit adalah miliknya, sebagai yang utama dari para selir yang dimiliki tetapi tidak diakui sebagai orang yang dicintainya.

Ncrit adalah perempuan biasa namun memiliki pesona yang luar biasa. Banyak pria mengaguminya bukan karena kecantikannya tetapi karena kepintarannya dalam hidup. Apa saja yang dimiliki Ncrit, disukai oleh Pria. Tubuhnya langsing, rambutnya hitam legam dibiarkan terurai, kulit bersih dan payudara yang montok jelas mengundang birahi setiap pria, termasuk Ncrut. Meski tak cantik, tetapi para pria mengagumi Ncrit sebagai perempuan seksi nan pintar.

Singkat cerita Ncrut mendengar dari celotehan para pria dari negeri seberang tentang Ncrit. Ia menjadi tertarik untuk mengetahui seperti apa Ncrit yang dimaksud mereka. Didengarnya baik-baik komentar para pria tentang Ncrit. Mulailah dibayangkan seperti apa sosok Ncrit ini dalam benak Ncrut.

Ncrut yang memiliki uang, bermaksud untuk membeli Ncrit. Dia pikir setiap perempuan dapat tunduk dengan harta kekayaan dan materi. Ternyata tidak, saat Orang Suruhan Ncrut datang membawa segepok uang, sekotak berlian, segenggam emas dan selembar sertifikat tanah, Ncrit menolak dan mengusirnya.

Kata Ncrit pada Pria Suruhan Ncrut, “Katakan pada Pria Sombong itu, Perempuan lebih berharga dari benda apa pun yang kau bawakan itu.”

Pria itu pun berlalu.

Ncrut yang mendengar pesan Ncrit pun panas hati. Ditendangnya semua barang-barang persembahan untuk Ncrit, dipukulnya Pria Suruhannya dan dikutuknya Ncrit dalam hatinya.

“Bedebah, Perempuan macam apa kau? Tak laku pula kau hingga tak menikah sampai sekarang. Kau pikir kau tak kan tunduk padaku.”

Ncrut pun mencari akal untuk mendapatkan Ncrit. Meski hatinya tak terlalu kepincut seperti apa yang dirasakan pada bunga desa, kampung sebelah, tetapi hasrat menguasai terpancar jelas dalam hatinya. Toh, sebagai pria, Ncrut tak ingin kalah saing dengan para pria yang mengagumi Ncrit.

Dipanggilnya ahli kesehatan, Ncrut pun meminta obat malarindu tropikangen agar Ncrit pun merindukannya hingga hatinya pun terpaut padanya. Ahli kesehatan pun datang dan memberikan nasihat pada Ncrut.

Resep obat malarindu tropikangen terdiri dari:
  1. Secangkir air putih.
  2. Segenggam bunga melati.
  3. Sebuah rasa rindu Ncrut.
  4. Seucap mantra, dung dang ding deng lilipat
Datanglah Ncrut ke rumah Ncrit sambil membawa obat malarindu tropikangen. Sambil berpakaian bagus dan wangi, Ncrut datang dengan sejuta topik obrolan agar pertemuannya tak lagi membosankan.

Di jalan, obat malarindu tropikangen dijompa-jampi oleh mantra si ahli kesehatan. Dung dang ding deng lilipat. Sebuah rasa rindu pun diberikan dalam obat ini.

Berjumpa dengan Ncrit, tidak membosankan bagi Ncrut karena Ncrit penuh dengan cerita menarik. Pantas saja, para pria membicarakannya. Bukan kecantikan yang ada pada Ncrit, tetapi daya tarik yang berbeda yang tak dimiliki oleh perempuan mana pun.

Ncrut pun menceritakan maksud kedatangannya, sambil menunjukkan kehebatan obat malarindu tropikangen sebagai air ajaib yang mujarab di dalam gelas, bisa menyembuhkan penyakit apa saja.

Ncrit pun kagum pada kebaikan Ncrut, diterimanya air mujarab itu dan diucapkannya terimakasih. Ncrut pun pulang dengan bangga hati bahwa Ncrit akan berhasil merasakan pahitnya rindu yang tak tertahankan hingga ia bertekut lutut menanti dirinya sebagai penawar rasa sakitnya.

Ncrit yang baik, merasa bahwa air ajaib ini tak boleh sembarang diminum. Disimpannya baik-baik air ini agar bisa digunakan saat penyakit datang. Ncrit tak pernah lagi mengingat lagi Ncrut, toh dia adalah satu dari banyak pria yang datang dan pergi tanpa kepastian dan komitmen. Datang tak diundang dan datang tak pernah membawa seikat harapan, sekali untuk selamanya, menikah.

Ncrut yang bodoh, merasa bahwa Ncrit akan berhasil ditaklukkan. Dia pun berpuasa agar niatnya yang jahat dapat terwujud dengan bantuan para iblis. Ncrut yang malang, tak pernah berpuasa, tak pernah susah dan tak pernah tak makan, hingga akhirnya ia jatuh sakit.

Mendengar Ncrut sakit, seluruh wilayah kekuasaannya pun heboh. Orang-orang suruhannya pun segera mencari ahli ramal untuk mengetahui kesembuhan tuannya itu. Mereka lupa bahwa ramalan tak akan menyelesaikan masalah kesehatan tetapi membuat gaduh si Ncrut mendengarkan hasil ramalan.

Si Ahli Ramal bilang bahwa Ncrut akan menderita sakit karena rindu, kontan saja Ncrut marah besar pada si tukang ramal. “Tukang Ramal brengsek. Tak tahukah kamu bahwa saya tak sudi bersanding dengan Ncrit sialan itu. Dia hanya mangsa buat saya. Saya tak tertarik pada perempuan seperti itu. Saya butuh tabib bukan peramal” teriak Ncrut tiba-tiba.

Seisi wilayah Ncrut, geger karena teriakannya. Mereka bingung. Kadang orang merasa bahwa sakit butuh peramal bukan dokter. Sakit tidak melulu identik dengan penyakit. Sakit bisa karena pribadi yang egois dan mau menang sendiri. Sakit justru semakin menyakiti kalau mendera pada orang-orang yang tak menerima keadaan. Sakit adalah rasa akibat sesuatu, bukan karena kebutuhan untuk diketahui sesuatu. Orang memandang sakit karena nasib. Orang memandang nasib berdasarkan sakit. Salah besar.

Singkat cerita, sakit Ncrut tak kunjung sembuh. Ia bahkan semakin menderita dan merana. Ia menyesal melakukan tapa laku puasa hanya untuk kepuasan batin agar ia dapat ‘memangsa’ Ncrit. Begitulah kira-kira, jika menganggap sesama adalah mangsa, ia tak ubahnya tuan dari nasibnya. Dia lupa bahwa Tuhan adalah tuan bagi nasib setiap orang.

Saat penderitaan sakitnya tak jua sembuh, tak ada pula ahli kesehatan yang sanggup menyembuhkannya. Ahli kesehatan hanya bisa menyembuhkan apa yang diderita secara fisik tetapi batin tidak. Dipanggilnya ahli jiwa, untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada Ncrut.

Ahli jiwa belum tentu mengetahui apa yang sungguh dijiwai Ncrut. Ahli jiwa tidak menjiwai apa yang dirasakan sesungguhnya oleh manusia. Jiwa seperti apa yang disembuhkan oleh mereka. Keahlian seseorang tidak berkaitan dengan julukan yang diberikan kepada mereka. Bahkan seorang tabib sekalipun belum tentu dapat menyembuhkan dirinya sendiri.

Tuhan pun kecewa melihat kacau balau wilayah Ncrut. Tak ada yang sesungguhnya tepat mengetahui peristiwa hidup. Tuhan yang disembah, meski tak kelihatan bukan berarti tak tahu apa yang sedang dihadapi umatnya. Ia membiarkan setiap peristiwa yang terjadi pada Ncrut sebagai pelajaran yang harus dialami agar ia bisa menghargai hidup.

Dibawa oleh angin berita sakit Ncrut kepada Ncrit. Kaget luar biasa mendengar berita tersebut, Ncrit pun bermaksud mengunjungi Ncrut dan memberikan air mujarab yang pernah diberikan kepadanya.

Saat kunjungan datang, Ncrut menolak bertemu Ncrit. Ncrut merasa bahwa kunjungannya hanya bermaksud mencela sakit yang dialami. Begitulah manusia, sudah membentuk opini yang menjadi halangan kesembuhan sakit yang dideritanya. Begitulah Ncrut, saat sakit pun, ia tak ingin dikasihani, bahkan oleh orang yang dianggap mangsa sekalipun.

Ncrit pun membiarkan perilaku Ncrut. Dimintanya orang suruhan untuk meminumkan air mujarab tersebut.

Jika di dunia ini, virus dibuat oleh si Penangkal virus. Jika seorang yang ahli dibodohi oleh keahliannya sendiri. Jika seorang yang sudah memberikan obat malarindu tropikangen harus meminum penangkal untuk meredakan sakitnya, apa yang bisa ditangkap? Ncrut pun sembuh. Ia justru merindukan Ncrit. Ia meminta Ncrit untuk tinggal dan hidup bersamanya.

Sakit dibuatlah oleh perilaku kita sendiri. Ncrut yang memberikan obat agar Ncrit merindukannya, justru obat itulah yang menyembuhkannya dari rasa sakit yang dibuatnya sendiri.

Mencintai berarati mengorbankan ego kita. Mencintai bukan berarti memberikan obat tanpa memberikan penangkalnya. Mencintai berarti menyangkal diri sendiri, pasrah kepada keadaan sekitar dan tak mempercayai semua ahli apa pun di dunia ini. Mencintai sesungguhnya sadar bahwa Tuhan itu ada, yang tak pernah menjadikan kita sebagai mangsa.


No comments:

Post a Comment

Postingan tersering dikunjungi