Thursday, April 11, 2019

Bully yang membahayakan

Sumber Foto : Google Image

Belum lama ini ada tersiar berita tentang siswi SMP yang di keroyok (read : bully) oleh siswi yang lebih senior SMA.

Begitu saya mengetahui berita ini, saya cukup kaget karena pelaku dan korban sama sama masih dibawah umur, mereka masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah.

Bagaimama hal ini bisa terjadi?

Dikantor saya memiliki partner kerja. Dan teman kerja saya itu sharing pengalaman dan pendapatnya tentang bully.

Memang kasus seperti ini agak sulit untuk dipantau pihak sekolah, karena kejadiana diluar lingkungan sekolah. Namun sebaiknya memang keluarga terdekat dalam hal ini orang tua punya peranan penting bagaimana membangun relasi kedekatan dengan anak, sehingga anak bisa menceritakan apapun yang dialami dan merasa nyaman untuk menceritakanya kepada orang tua.

Menurut pendapat teman saya yang kebetulan dahulunya pernah menjadi korban bully saat dibangku SMP. Kenapa hal ini bisa terjadi karena jika dilihat dari point of view korban bully. Biasanya yang sering menjadi korban adalah orang yang lemah. Lemah bagaimana ya jeng?

Begini, orang yang lemah tidak berani untuk melawan hal hal buruk yang diterimanya bahkan memendam apapun hal hal buruk yang diterima seorang diri tidak menceritakan kepada orang lain iu adalah sasaran empuk untuk menjadi korban.

Loh lantas gimana dong?

Ya seharusnya kita berani untuk speak up. Bertindak atau menceritakan apapun kepada pihak lain jika ada hal buruk yang memang mengganggu kita.

Btw bully itu bukan hanya soal fisik loh. Lewat non verban secara visual bully juga bisa terjadi. Efeknya buat psikologis anak atau korban bully sangat negatif dan membutuhkan pemulihan rehabilitasi yang tepat. Jika tidak? Anak akan tumbuh sebagai pribadi yang pemalu, tidak berani show up, tidak berani berinteraksi kepada orang lain.

Lantas gimana dari sisi pelaku bully.

Kalau saya memandangnya pelaku bukly bisa melakukan hal tersebut.katakanlan berbuat zalim kepada orang lain karena dari dalam diri dia sendiri saja sudag bermasalah.

Ya mungkin ada masalah yang membuat pelaku melampiaskan aksi bullynya kepada teman atau pihak lain yang tadi saya katakan menjadi sasaran empuk aksi bully.

Terlepas dari masalah bully ini sendiri. Seperti yang saya singgung ditulisan sebelumnya. Keluarga punya peranan sangat penting dalam membangun relasi yang baik dengan anak sehingga aksi bully seperti ini tidak terjadi. Dimulai dari hal sepele misalnya makan bareng, atau liburan bareng.saya rasa dari hal sederhana tersebut mampu membuat anak merasa dekat dan nyaman kepada orang tuanya. Sampai akhirnya ya nyaman dan percaya untuk bercerita apapun kepada orang tua. Karena jika anak sudah tidak nyaman dan tidak percaya pada keluarga terdekatnya sendiri. Mereka mau cerita kepada siapa? Orang lain? Belum tentu orang lain memiliki niat baik untuk membantu jika sebaliknya justru menjerumuskan.bagaimana?

Oleh karena itu, karena keprihatinan saya lantas saya menulis tulisan ini.

Meski saya belum berkeluarga, saya kadang mendapat banyak masukan dari teman atau sharing dari mereka yang sudah memiliki anak. Tentang bagaimana parenting dan menjaga anak agar bisa terhindar dari hal hal negatif salah satunya bully ini.

Semoga kedepan tidak ada lagi kasus kasus serupa, agar masa depan anak anak generasi penerus memiliki mental yang kuat dan percaya diri untuk menunjukan prestasinya.


No comments:

Post a Comment

Postingan tersering dikunjungi