![]() |
Saya saat menerima ijazah dihari wisuda. Sumber foto : dokumen pribadi |
Melanjutkan tulisan yang pernah saya posting sebelumnya di instagram saya.
Atas request sahabat saya akan tuliskan di blog ini.
Tentang perjuangan.
Saya percaya setiap orang punya jalanya sendiri untuk berjuang.
Dalam tulisan ini saya mau tuliskan perjuangan saya dalam menempuh program sarjana.
Semua berawal sejak saya lulus SLTA. Saat itu teman teman saya masing masing bilang mereka akan lanjut kuliah di kampus yang mereka sukai.
Dalam hati saya. "Tuhan ajeng mau kuliah juga". Saat itu kondisi perekonomian keluarga sedang sulit. Sebagai anak pertama saya harus mengerti, apalagi saya masih punya adik yang masih butuh biaya banyak untuk sekolahnya.
Dalam doa saya setiap malam saat itu saya memohon agar Tuhan memberikan jalan saya untuk bisa kuliah.
Umur 17 tahun saya sudah bekerja, waktu itu karena tempat kerja dan rumah jauh saya harus kost.
Saya putuskan untuk kost.dan meminta restu orang tua. Mah pah doain ajeng berhasil ya.ajeng mau kerja untuk bisa kuliah. Kata kata itu saya ucapkan saat saya pamit berangkat kerja.
Orang tua saya yang melihat keinginan saya begitu gigih mereka membantu doa.
Saya sempat pindah pindah tempat kerja, sebagai tamatan SLTA berapa sih gaji waktu itu. Saya harus kumpulkan gaji saya setiap bulan untuk bayar uang gedung kampus.
Di tahun pertama saya sempat kuliah 1 semester. Namun karena saat itu waktu kuliah yang tidak fleksibel dan kantor saya agak jauh dari kampus akhirna saya memutuskan berhenti dan pindah ke kampus lain.
Karena ini biaya sendiri saya tidak bisa terlalu banyak berharap untuk bisa kuliah dikampus bergengsi. Karena biaya kuliah yang jelas pasti mahal. Untuk saya yang hanya lulusan SLTA dengan gaji minim pas pasan tidak sanggup untuk bisa membayar biaya kuliah di kampus bergengsi.
Akhirnya saya menemukan kampus yang membuka kelas karyawan sabtu minggu jadi saya tetap bisa bekerja senin sampai jumatnya. biaya kuliahnya juga tidak mahal. Karena saya benar benar harus memperhitungkan semuanya agar bisa berjalan dengan baik.
Setelah saya hitung hitung. "Ah ini cocok nih dengan pendapatan saya". Karena saya harus memperhitungkan juga unsur biaya transportasi, makan, biaya kosan juga biaya lainya setiap bulan.
Senin sampai jumat saya bekerja full time dikantor. Sabtu sampai minggu saya full time dikampus. Kadang saat benar benar kelelahan saya bisa memanfaatkan waktu luang dikampus saat menunggu kelas selanjutnya untuk tidur siang sebentar. Lalu kelas hari minggu biasanya dipadatkan jadwalnya full. Saya biasa menyempatkan misa di gereja yang dekat dengan kampus. Biasanya misa minggu malam yang terakhir begitu jam terakhir kelas kuliah selesai saya baru bisa ke gereja. Sampai malam hari saya masih harus packing. Packing? Ya packing karena saya mau berhemat saya bawa stok makanan dari rumah untuk saya masak di kosan.
Mungkin orang tua saya merasa prihatin dengan saya, jadi kadang saya dibawakan stok beras atau mie instant setiap saya mau berangkat kembali ke kos kosan. Awalnya naik bis ke kosan tapi seiring berjalan waktu saya bisa bawa motor sendiri saya berangkat pulang dan pergi naik motor. Biasanya sengaja saya memilih jam berangkat malam supaya terhindar dari kemacetan jakarta. Tau sendiri kan gimana macetnya jakarta? Apalagi jarak tempuh rumah ke kosan cukup jauh.
Dahulu sih belum jaman ya begal begalan, jadi saya masih merasa aman aman saja. Kalo bicara pengalaman naik motor sendiri malam malam.hehe saya sudah kenyang.
Malam hari rantai motor lepas pernah.
Malam hari ban motor kena paku pernah.
Malam hari motor mogok pernah.
Malam hari bensin motor habis pernah.
Untungnya saya selalu bertemu orang baik setiap saya mendapatkan masalah dijalan. Mereka benar benar tulus mau bantu saya. Mungkin karena kasian ya lihat cewek dorong dorong motor malam malam haha. Lewat tulisan ini saya mau say thanks. Makasih mas2, bapak2 yang waktu itu pernah bantuin saya.bahkan saya masih ingat sekali saat itu pulang kuliah masih agak siang saya pernah kehabisan bensin. Lalu saya dorong motor cukup jauh. Tidak ada yang menjual bensin eceran ditempat itu karena didalam komplek posisinya. Lalu ada seorang mas2 setengah tua mendekati bilang seperti ini, "dek kenapa dituntun motornya?" Saya bilang "bensinya habis pak. Gapapa kok saya dorong didepan mungkin ada yg jual".
Mas2 itu bilang begini "kalo gitu tunggu disini ya jangan kemana mana". Saya bingung dan waswas juga namanya orang asing saya justru takut kalau dicelakai. Saya trus mendorong motor saya sampai aga cukup jauh saya takut bertemu orang tadi. Ternyata saya salah, dia datang mencari saya dan bolang begini "dek dicariin malah dah sampai sini aja dorong motor kan capek. Ini bensinya (dia membawa plastik berisi bensin)".
Ya Tuhan maafkan saya.saya salah menilai orang tadi. Ternyata dia orang baik. Ini begitu cepat dia langsung pergi. Saya tidak sampai tidak sempat mengganti biaya bensinya yang dia belikan. Ini kisah nyata pengalaman yang saya alami. Di jakarta yg keras ini, masih ada orang baik. Dan saya selalu bertemu mereka orang baik yang membantu saya dengan tulus saat saya mengalami kesulitan sendirian dijalan.
Btw sudah malam ceritanya to be continue ya nanti dikesempatan lain saya sambung lagi. Hehe. Good night.
No comments:
Post a Comment