
Dokumen pribadi.
Ada yang protes dengan judul tulisan di atas? Saya rasa tidak. Pernah
mendengar ada orang yang bertanya, mengapa si anu sakit kanker padahal
dia orang baik? Atau, mengapa suaminya selingkuh dan pergi meninggalkan
dia padahal dia istri yang baik? Lain lagi, mengapa dia harus dipenjara
padahal dia anak yang baik? Dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Intinya, mengapa hal buruk terjadi juga pada orang baik?
Saya pernah kehilangan kalkulator jaman sekolah SD dulu. Kalkulator
itu adalah barang ayah saya yang saya pinjam dan pakai tanpa minta ijin
dulu dari ayah saya. Saya panik. Saya takut pulang. Saya sampai berkata,
saya ‘kan anak baik mengapa saya harus menghadapi situasi seperti ini?
Sudah terbayang bagaimana ayah saya akan marah besar pada saya. Benar,
ayah saya wajar marah. Bukan karena kalkulatornya hilang tetapi
dikarenakan saya mengambil barang miliknya tanpa ijin. Saya belajar dari
pengalaman tersebut. Bahwa sesuatu yang buruk pasti terjadi
apabila kita melakukan hal yang buruk juga. Bahwa sesuatu yang buruk
juga mengajarkan kita tentang sesuatu hal. Bukankah pengalaman adalah
guru yang baik dalam hidup? Bahwa kita jadi lebih belajar sebagai
pribadi dari hal buruk yang menimpa. Saya jadi menghargai barang orang lain. Saya pamit dulu jika ingin menggunakan barang orang lain.
Sudah rajin sembahyang mengapa juga kesusahan hidup tetap ada? Tanya teman saya pada saya. Lalu saya tanya balik, apakah orang yang tidak sembahyang seharusnya hidupnya susah? Malah teman saya bingung menjawabnya. Tidak
ada yang pasti di dunia ini, hanya kelahiran dan kematian itu sudah
jadi bagian yang pasti dalam hidup manusia. Tidak ada yang bisa menduga
kesusahan dalam hidup.
Suatu saat saya belajar keras agar dapat nilai baik untuk ujian di
sekolah. Tanpa disangka meski saya sudah belajar hebat, nilai saya juga
50, tetap buruk. Saya tidak menyangka ujiannya susah meski saya sudah
belajar mati-matian. Mungkin jika saya tidak belajar nilai saya bisa
lebih buruk lagi atau nilai nol misalnya. Artinya kesusahan
dalam hidup seperti ujian, tidak pernah diduga apakah kita bisa
melewatinya atau tidak meskipun kita sudah berusaha. Belajar
sunguh-sungguh membuat kita tidak dapat nilai lebih buruk lagi.
Sembahyang juga membuat kita lebih kuat, sabar, tabah dalam menghadapi
kesusahan.
Lalu mengapa hal buruk juga terjadi pada orang baik? Apakah kita punya kendali atas hidup ini? Tidak
ada satupun manusia yang hebat dan bisa mengendalikan hidupnya. Jika
hujan bisa menyirami siapa saja, entah orang baik atau orang jahat. Maka
hal buruk pun bisa menimpa siapa saja, termasuk orang baik. Tuhan itu
adil. Dia tidak pernah membedakan manusia ciptaanNya. Kita yang sering membuat pembedaan itu, ada manusia baik dan manusia jahat.
Jadi wajarkah orang baik mendapatkan hal buruk? Siapa bilang orang suci yang pernah hidup di dunia ini tidak pernah mengalami hal buruk dalam hidupnya? Justru hal buruk yang menimpanya mampu menunjukkan kepada dunia tentang kesucian dan kesalehan hidupnya.
Baik atau buruk hidup ini ada dalam kendaliNya. Bencana, musibah,
kesusahan adalah bagian dari hidup manusia. Semua orang pasti melaluinya
agar kita sadar bahwa hidup ini tidak sepenuhnya ada dalam kendali
kita.
No comments:
Post a Comment