
(Bukit Moko, Bandung. Sumber Foto : Dokumen Pribadi)
Kala surya menutup hari, kian lama kumasuki ruang rindu. Tersekat oleh keinginan raga namun jiwa meronta. Tak bisa kutahan, sebentuk rindu padamu. Entah dimana dirimu berada, sedang apa kau di sana.
Diam bukanlah jawaban. Melayang benak terbawa oleh emosi rasa, tak ditemukan pula apa yang menjadi kehendak dirimu. Sebentuk rindu datang, adakah kau merasakannya di sana? Getar jiwaku melambungkan mimpi bersamamu, ditemani bintang yang berpijar sendu dalam mataku.
Tak kujumpai kau disana. Sebentuk rindu tak ubahnya derita seribu tahun menanti hujan. Tak berwujud namun bisa kurasakan pilunya menahan gelora ini.
Memasuki lubuk angan bersamamu, kuingat garis wajahmu dan tatapan mata penuh makna. Adakah sebentuk rindu itu kau ingat pula? Mungkinkah waktu cemburu pada hasratku padamu? Atau rembulan tak sudi hinggap dalam keberuntunganku malam ini.
Memendam rindu, sebentuk asa yang kusimpan dalam hati. Mungkinkah kau jadi milikku hanya karena sebentuk rindu? Semburat merah jambu, terpancar dalam ragaku. Malu-malu kututupi pada malam ini, terbenam memori kala waktu mempertemukan gelisah hati. Kau di sana, adakah sebentuk rindu dalam hatimu?
Nelangsa aku menantimu, sebentuk rindu kutawarkan padamu. Tak pernah kau mengakui bahwa hatiku padamu. Tak pernah kau menyadari bahwa cinta itu ada. Tak pernah kau yakin bahwa aku percaya rasa itu ada.
Sisi ruang hatiku semakin menusuk kegelisahanku. Ku akui, tak bisa mataku menghilangkan pesonamu. Kegilaan malam ini hanya karena sebentuk rindu.
Sebentuk rindu,
Sebentuk cinta,
Sebentuk janji,
Bahwa aku milikmu.
Yakinlah itu.
No comments:
Post a Comment