Seorang sahabat yang sudah berkeluarga memberikan sharingnya tentang hal ini kepada saya yang belum menikah. saat ini teman saya terbayang dengan pertanyaan, mengapa teman saya tidak menikah dengan si A malah dengan si B yang sekarang jadi pasangan hidupnya? Pernahkah merefleksikan bahwa mengapa Tuhan mempertemukannya dengan C? Atau mengapa dia tidak bertemu dengan si D, pasangan hidupnya sekarang sedari awal? Tentu pertanyaan ini juga bisa muncul kepada saya, mengapa Tuhan mempertemukan saya dengan mantan-mantan pacar saya, namun tidak mempersatukan saya dengannya.
Lalu mengapa hal itu terjadi?
Cinta adalah sebuah kata, namun hanya seorang yang tepat yang dapat memberikan makna. Bisa jadi mantan pacar kita sudah mengatakan berulang kali kalimat “I love you” pada kita, namun kalimat itu belum menunjukkan makna cinta yang sesungguhnya kita harapkan. Iya, kan??
Saya pernah dilamar oleh seorang pria saat usia saya masih 17 tahun. Saya menolak lamaran tersebut, mengapa? Usia saya masih terlalu muda untuk menikah. Saat itu yang saya pikirkan hanya bagaimana bersekolah dan meraih masa depan. Saya berpikir pula pria yang melamar saya hanya balas budi atas kebaikan orangtua saya. Jadi mengapa saya tidak menikah saat itu juga? Karena saat itu menurut saya bukan hal yang tepat untuk menikah.
Pernahkah anda mengalaminya, merasakan bahwa ini bukan saat yang tepat menuju ke tahap berikutnya?
Wajar pula bilamana ada seorang pria atau wanita yang sudah menjalin kasih dengan anda sekian lama, memilih “lari” atau “menghilang” ketika ditanya komitmen untuk tahap selanjutnya. Mungkin dia juga merasa saatnya belum tepat.
Bagaimana justru anda sudah merasa “saat yang tepat” untuk menikah, namun belum juga berjodoh? Usia anda sudah cukup matang, misalnya. Tabungan anda cukup. Atau, karir anda sudah mapan dan punya penghidupan yang layak. Namun dimana jodohnya? Atau, kok saya belum menemukan orang yang tepat.
Di saat yang tepat, bisa jadi anda belum menemukan orang yang tepat.
Ibu saya pernah berkata, “Ada sekian pria menyatakan cinta padamu namun tidak ada satu pun yang berani meminangmu.” Di sini akhirnya saya menyadari mengapa cinta hanya sebuah kata namun perlu kehadiran seseorang yang mampu mewujudkannya. Lagi-lagi soal kesadaran. Semakin anda beranjak dewasa, anda belajar bahwa cinta itu tidak mudah dipraktikkan.
Sebelum memutuskan menikah sahabat saya ini mengatakan bahwa dia sadar perlu seseorang yang terbaik untuk hidupnya. Akhirnya, tentu bukan mantan pacarnya. Sahabat saya menyadari mengapa dia perlu menunggu orang yang tepat di saat yang tepat? Finally, you have found the right man in the right time jeng.demikian katanya
Sahabat saya memberikan tipsnya kepada saya tentang ini. katanya "Hanya kita sendiri yang tahu bahwa dia adalah orang yang tepat. Bagaimana mengenalinya? Meski sejuta tips disajikan, hanya intuisi kita yang membenarkan bahwa dia adalah pasangan yang tepat yang layak untuk diperjuangkan.sekali lagi dia menegaskan “Jeng, hanya kamu yang tahu bukan orang lain".
Ketika Tuhan mempertemukan kita dengan pria/wanita yang jadi mantan kita,itu artinya lewat mereka kita belajar cinta yang sesungguhnya. Namun ketika Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang tepat, maka berarti kesungguhan cinta perlu diwujudkan.
Di saat yang tepat, cinta akan menunjukkan orang yang tepat untuk memberi maknanya.
Semoga 

Jakarta, 18 Maret 2018
Ajeng
No comments:
Post a Comment