Setangkup harapan ditawarkan
padaku saat ini. Ada rasa bimbang saat sesuatu bergejolak dalam dada.
Bukankah ini sebuah peluang agar hidup tak lagi menanti? Atau ini sebuah
jebakan bagi pikiran negatif yang sekejap muncul dalam benak. Harapan
nan penuh rasa, bukanlah hal yang baru aku rasakan. Datang tanpa diduga
dan menggetarkan semangatku, hingga panah yang tertancap tak lagi sakit
dirasa.
Dalam benak dan rasa terucap doa syukur, inikah
kenyataan itu? Bersyukur adalah ekpresi jiwa positif apa pun keadaannya.
Jika datang seperti pencuri, tiba-tiba muncul tanpa dikehendaki, apakah
itu bukan sebuah keajaiban. Atau jika datang seperti yang dinantikan,
sebagaimana doa yang terucap selama ini, apakah itu bukan sebuah
kenyataan yang selalu dirasa pahit.
Sungguh, hati bingung
menempatkan rasa di atas asa yang sedang dialami. Aku hanya bisa
melambungkan angan sejenak, agar diam bukan lagi tindakan yang
dikehendaki. Sekejap ia memainkan benak ke dalam gelora jiwa, kemudian
padam oleh waktu. Dia datang dalam perjalanan yang tak semestinya aku
nantikan.
Terus terang aku benci rasa ini. Muak oleh
perilaku para pencintanya. Mereka suka sekali dipermainkan oleh
imajinasi tanpa lihat realitas yang ada. Hei, berhenti memainkan pikiran
ini, pintaku pada benak yang muncul menghantuiku setiap waktu. Tidakkah
kamu tahu bahwa aku berbeda dari mereka yang tergila-gila oleh rasa
yang kau tawarkan? Aku bosan bermain dengan semu.
Ajeng
No comments:
Post a Comment