As woman, I’d like to be active listeners for my best friends. They can release out their feelings when they stuck on problems of life.
In my opinion, women tend to vent their feeling and problem in various ways, including sharing to best friends. To be active listener is not easy. For good advices, there are five characters of friend to be avoided when we would like to share problems. Through this post, I explained all the types.
At least we would do agree the statement that best friends always listen to what we don’t say.
***
Perempuan dilahirkan sebagai perempuan ekspresif yang mampu mengungkapkan perasaannya. Itu sebab perempuan lebih cepat “move on” setelah putus cinta karena mereka bisa membagikan perasaannya kepada orang lain.
Hal ini terjadi pada seorang kawan saya di sini beberapa waktu lalu. Ia baru saja putus pacaran. Lalu entah mengapa, ia terlihat mudah melupakan rasa sakitnya diputus pacar ketimbang si mantan pacar yang masih galau. Bahwa ternyata membagikan perasaan kepada orang lain mampu meredam kekecewaan daripada menyimpan rapat-rapat dan dipendam sendiri.
Eits, tunggu dulu! Tidak semua orang bisa kita ajak curhat jika ada masalah. Berikut lima tipe orang yang sebaiknya dihindari:
1. Orang yang baru dikenal.
Jika ingin berbagi perasaan atau ingin didengar orang lain, apakah layak anda menceritakannya kepada orang yang baru dikenal? Sebaiknya pertimbangkan niat anda untuk berbagi kisah dan perasaan pada orang yang baru dikenal agar tidak menimbulkan kesan pertama yang buruk tentang diri anda. Jangan sampai orang yang baru dikenal beranggapan yang tidak sesuai tentang diri anda hanya karena mendengar perasaan dan persoalan anda!
2. Orang yang tidak bisa menjadi pendengar aktif.
Setelah lama menjalin pertemanan dan persahabatan, anda pasti bisa memilah dan memilih, manakah teman yang bisa dijadikan pendengar yang aktif. Anda ingin didengarkan ketika anda bercerita. Anda tidak ingin teman yang mendengarkan cerita anda malah cuek dan sibuk main hape. Atau dia malahan tidak fokus dan melihat ke sana kemari.
3. Orang yang sok tahu.
Pernahkah anda mengalami saat bercerita pada seseorang, namun orang tersebut malah menggurui anda? Meski anda bercerita bukan pada ahlinya semisal psikolog atau konselor, namun bisa jadi teman yang mendengarkan anda malah menghakimi anda. Tentu ini tidak menyenangkan anda untuk berbagi perasaan dan keluh kesah. Mengapa? Karena orang yang diajak untuk mendengarkan lebih banyak berbicara dan merasa paling “tahu” ketimbang anda yang punya masalah.
4. Orang yang suka bergosip.
Pastinya anda juga mengenal beberapa teman dan kenalan dengan baik, termasuk orang yang suka bergosip. Terhadap orang yang demikian, sebaiknya anda pun harus berhati-hati agar tidak berbagi perasaan dan masalah. Tentunya anda tak ingin banyak orang tahu apa yang sedang dialami hanya karena anda bercerita pada orang yang salah.
5. Orang yang suka narsis.
Terakhir, pertimbangkan lagi niat anda bercerita pada orang yang narsis. Orang yang narsis punya kecenderungan berlebihan tentang dirinya sendiri. Nah, ketika anda bercerita bisa jadi orang narsis lebih banyak cerita tentang dirinya sendiri. Mereka mengagung-agungkan dirinya sendiri dan merasa hebat. Mereka lupa bahwa perlu ada dialog dua arah ketika bercerita. Urungkan niat anda ketika lawan yang anda ajak bicara selalu merasa lebih unggul dan lebih banyak berbicara ketimbang mendengarkan anda.
Kesimpulan
Jika anda menemukan kecenderungan di atas, sebaiknya pertimbangkan niat anda untuk curhat. Anda bisa curhat ke orangtua atau pembimbing spiritual yang anda percayai. Pastikan anda merasa nyaman untuk berbagi perasaan anda.
No comments:
Post a Comment