Thursday, April 26, 2018

Arti Mimpi tentang Jodoh



Aku datang tergopoh-gopoh menuju meja kerjaku. Aku datang terlambat. Aku menundukkan kepala dan cepat-cepat meraih laptopku untuk mulai bekerja. Aku lihat kanan kiri, rekan kerja sekitar seperti asyik dengan pekerjaannya. Oops, tidak dengan Ratna, si sekretaris bos yang tahu aku datang terlambat ke kantor. Dia tersenyum mengejek. Aku balas dengan tatapan mata meledek.

Aku berjalan ke pantry hendak membuat teh. Aku pikir ini akan membuatku tenang. Aku masih kepikiran mimpi semalam. Huh! Aku mengaduk gula dan seduhan air teh sambil pikiranku berputar mencari tahu, apa arti mimpi semalam.

“Dorr! Datang terlambat ya?”seru Ratna mengagetkan aku saat menikmati teh di pantry.

“Iya neng, aku bangun terlambat” sahutku padanya.

Ratna mengambil kursi dan mendampingiku minum teh. Ah, mungkin Ratna tahu arti mimpi semalam. Dia ‘kan punya rasa ingin tahu yang tinggi, jadi jika dia tidak tahu, maka ia akan cari tahu arti mimpiku semalam.

***

Makan siang tiba, sengaja aku ajak Ratna untuk makan bersamaku. “Kali ini aku yang traktir, tidak usah khawatir” seruku pada Ratna meyakinkan.

Kembali topik makan siang saat itu soal mimpiku semalam. Aku ceritakan detilnya. Awalnya Ratna menebak arti mimpi itu adalah pertanda seseorang akan datang sebagai jodoh. Tetapi dia belum yakin. Dia buka hape dan cari tahu makna mimpiku semalam.

“Iya benar. Semua laman yang aku kunjungi mengatakan bahwa kau akan bertemu jodoh. Bila warna putih berarti jodoh itu seperti malaikat yang baik hati” kata Ratna menyatakan arti mimpi sambil sesekali matanya melirik layar hape.

Jodoh. Arti mimpi semalam. Aku tidak berpikir demikian. Saat ini aku hanya ingin meraih mimpi untuk mengejar kuliah dan mendapatkan gelar pendidikan yang lebih baik. Aku ingin terbang menuju negeri impianku. Bukan jodoh. Apa pula arti mimpi semalam? Inikah petunjuk Tuhan.

***

Ibu datang mengunjungi kamarku. Sekali lagi aku ingin meyakinkan arti mimpiku semalam. Aku bertanya lagi. Jawaban ibu tetap sama. Jodoh. Aku tidak menginginkannya saat ini meski aku membutuhkan pasangan hidup mengingat usiaku yang tak lagi muda.

“Dengar Nak. Jodoh datang saat kamu sedang tidak mengejarnya. Disitulah jodoh datang menghampirimu” kata ibu dengan lembut mengusap kepalaku.

Memang aku dengar malah mereka yang terlalu mengejar ingin segera menikah, seperti Ratna misalnya, tak pernah kunjung datang.

“Tetapi siapa jodohku, bu? Pria yang aku inginkan pun kini pergi meninggalkanku” sanggahku pada ibu.

“Kadang Tuhan mengirimkan jodoh bukan seperti yang kau inginkan, tetapi seseorang yang kamu butuhkan” kata ibu sekali lagi sambil menutup pintu kamarku.

Jodoh. Arti mimpi. Apa yang kita butuhkan sesungguhnya lebih bermakna ketimbang seribu keinginan.


Jakarta, 26 April 2018
Ajeng

Sebaiknya Kita Tidak Curhat ke Lima Tipe Orang Berikut

As woman, I’d like to be active listeners for my best friends. They can release out their feelings when they stuck on problems of life. 
In my opinion, women tend to vent their feeling and problem in various ways, including sharing to best friends. To be active listener is not easy. For good advices, there are five characters of friend to be avoided when we would like to share problems. Through this post, I explained all the types. 
At least we would do agree the statement that best friends always listen to what we don’t say.
***
Perempuan dilahirkan sebagai perempuan ekspresif yang mampu mengungkapkan perasaannya. Itu sebab perempuan lebih cepat “move on” setelah putus cinta karena mereka bisa membagikan perasaannya kepada orang lain. 

Hal ini terjadi pada seorang kawan saya di sini beberapa waktu lalu. Ia baru saja putus pacaran. Lalu entah mengapa, ia terlihat mudah melupakan rasa sakitnya diputus pacar ketimbang si mantan pacar yang masih galau. Bahwa ternyata membagikan perasaan kepada orang lain mampu meredam kekecewaan daripada menyimpan rapat-rapat dan dipendam sendiri.
Eits, tunggu dulu! Tidak semua orang bisa kita ajak curhat jika ada masalah. Berikut lima tipe orang yang sebaiknya dihindari:
1. Orang yang baru dikenal.
Jika ingin berbagi perasaan atau ingin didengar orang lain, apakah layak anda menceritakannya kepada orang yang baru dikenal? Sebaiknya pertimbangkan niat anda untuk berbagi kisah dan perasaan pada orang yang baru dikenal agar tidak menimbulkan kesan pertama yang buruk tentang diri anda. Jangan sampai orang yang baru dikenal beranggapan yang tidak sesuai tentang diri anda hanya karena mendengar perasaan dan persoalan anda!
2. Orang yang tidak bisa menjadi pendengar aktif. 
Setelah lama menjalin pertemanan dan persahabatan, anda pasti bisa memilah dan memilih, manakah teman yang bisa dijadikan pendengar yang aktif. Anda ingin didengarkan ketika anda bercerita. Anda tidak ingin teman yang mendengarkan cerita anda malah cuek dan sibuk main hape. Atau dia malahan tidak fokus dan melihat ke sana kemari.
3. Orang yang sok tahu. 
Pernahkah anda mengalami saat bercerita pada seseorang, namun orang tersebut malah menggurui anda? Meski anda bercerita bukan pada ahlinya semisal psikolog atau konselor, namun bisa jadi teman yang mendengarkan anda malah menghakimi anda. Tentu ini tidak menyenangkan anda untuk berbagi perasaan dan keluh kesah. Mengapa? Karena orang yang diajak untuk mendengarkan lebih banyak berbicara dan merasa paling “tahu” ketimbang anda yang punya masalah.
4. Orang yang suka bergosip.
Pastinya anda juga mengenal beberapa teman dan kenalan dengan baik, termasuk orang yang suka bergosip. Terhadap orang yang demikian, sebaiknya anda pun harus berhati-hati agar tidak berbagi perasaan dan masalah. Tentunya anda tak ingin banyak orang tahu apa yang sedang dialami hanya karena anda bercerita pada orang yang salah.
5. Orang yang suka narsis.
Terakhir, pertimbangkan lagi niat anda bercerita pada orang yang narsis. Orang yang narsis punya kecenderungan berlebihan tentang dirinya sendiri. Nah, ketika anda bercerita bisa jadi orang narsis lebih banyak cerita tentang dirinya sendiri. Mereka mengagung-agungkan dirinya sendiri dan merasa hebat. Mereka lupa bahwa perlu ada dialog dua arah ketika bercerita. Urungkan niat anda ketika lawan yang anda ajak bicara selalu merasa lebih unggul dan lebih banyak berbicara ketimbang mendengarkan anda.
Kesimpulan
Jika anda menemukan kecenderungan di atas, sebaiknya pertimbangkan niat anda untuk curhat. Anda bisa curhat ke orangtua atau pembimbing spiritual yang anda percayai. Pastikan anda merasa nyaman untuk berbagi perasaan anda.

Tuesday, April 24, 2018

Mengapa Kita Bisa Memberi Nasihat Terbaik Untuk Orang Lain?

 
Pernahkah anda memberikan nasihat kepada orang lain? Pernahkah terpikirkan bahwa nasihat yang anda berikan adalah nasihat terbaik? Pernahkah terbersit bahwa nasihat itu begitu indah kedengarannya seperti layaknya teori pada umumnya? 

Namun dibalik itu semua, bilamana anda mengalami kasus yang sama atau berada pada posisi orang yang diberi nasihat, apakah anda mampu melaksanakannya dengan baik nasihat anda?

Banyak orang mengatakan teori versus kenyataan sama dengan berbanding terbalik. Bahwa kenyataan terkadang berjalan berlawanan arah seperti teori yang dipikirkan atau dikatakan kepada orang yang minta nasihat dari anda. Itu sebab dikatakan kenyataan itu pahit dan teori itu manis. 

Kembali ke pertanyaan di atas, mengapa kita bisa memberikan nasihat terbaik untuk orang lain?
1. Karena nasihat terbaik yang diberikan kebanyakan belum kita jalani. 
Ketika seorang sahabat bercerita masalahnya, tentu kita punya kecenderungan ingin membantunya. Salah satu bentuk bantuan umumnya dilakukan adalah memberi nasihat. Tentu segala upaya dilakukan agar kita benar-benar bisa jadi sahabat terbaik dengan mengupayakan nasihat terbaik pula. Sayangnya nasihat terbaik kebanyakan memang belum pernah kita jalani. 

2. Karena nasihat terbaik yang diberikan hanya dilihat dari “kacamata” sendiri.
Saat orang datang dengan masalah dan kita mendengarkan, kecenderungannya kita menggunakan “kacamata” kita sendiri yang melihat hanya dari permukaan saja. Dengan “kacamata” sendiri, kita melihatnya hanya gambaran besar saja. Intinya nasihat terbaik yang diberikan hanya mendekati masalah.

3. Karena nasihat terbaik itu lebih mudah diucapkan ketimbang dilaksanakan.
Semua meyakini bahwa lebih mudah mengatakan ketimbang menjalani. Bahwa nasihat terbaik yang diberikan adalah kondisi ideal. Kenyataan saat kita menghadapi masalah ternyata selalu berada di luar ideal.

4. Karena nasihat terbaik menunjukkan kita mampu dan lebih unggul daripada orang yang punya masalah.
Nasihat terbaik tentu diberikan ketika ada teman atau sahabat yang memintanya. Secara naluri kita ingin terlihat lebih unggul daripada orang yang punya masalah. Jadi sedapat mungkin yang terbaik kita berikan, termasuk segala teori dan nasihat agar kita terlihat lebih baik. Kenyataannya, kita belum sepenuhnya atau belum menjalani nasihat terbaik itu.

Kesimpulan
Nasihat terbaik adalah pengalaman terbaik, termasuk kegagalan menjalaninya. Sayangnya tak mudah kita mengakuinya sehingga lebih memberikan ‘teori’ yang belum dijalani.