
Aku datang tergopoh-gopoh menuju meja kerjaku. Aku datang terlambat. Aku menundukkan kepala dan cepat-cepat meraih laptopku untuk mulai bekerja. Aku lihat kanan kiri, rekan kerja sekitar seperti asyik dengan pekerjaannya. Oops, tidak dengan Ratna, si sekretaris bos yang tahu aku datang terlambat ke kantor. Dia tersenyum mengejek. Aku balas dengan tatapan mata meledek.
Aku berjalan ke pantry hendak membuat teh. Aku pikir ini akan membuatku tenang. Aku masih kepikiran mimpi semalam. Huh! Aku mengaduk gula dan seduhan air teh sambil pikiranku berputar mencari tahu, apa arti mimpi semalam.
“Dorr! Datang terlambat ya?”seru Ratna mengagetkan aku saat menikmati teh di pantry.
“Iya neng, aku bangun terlambat” sahutku padanya.
Ratna mengambil kursi dan mendampingiku minum teh. Ah, mungkin Ratna tahu arti mimpi semalam. Dia ‘kan punya rasa ingin tahu yang tinggi, jadi jika dia tidak tahu, maka ia akan cari tahu arti mimpiku semalam.
***
Makan siang tiba, sengaja aku ajak Ratna untuk makan bersamaku. “Kali ini aku yang traktir, tidak usah khawatir” seruku pada Ratna meyakinkan.
Kembali topik makan siang saat itu soal mimpiku semalam. Aku ceritakan detilnya. Awalnya Ratna menebak arti mimpi itu adalah pertanda seseorang akan datang sebagai jodoh. Tetapi dia belum yakin. Dia buka hape dan cari tahu makna mimpiku semalam.
“Iya benar. Semua laman yang aku kunjungi mengatakan bahwa kau akan bertemu jodoh. Bila warna putih berarti jodoh itu seperti malaikat yang baik hati” kata Ratna menyatakan arti mimpi sambil sesekali matanya melirik layar hape.
Jodoh. Arti mimpi semalam. Aku tidak berpikir demikian. Saat ini aku hanya ingin meraih mimpi untuk mengejar kuliah dan mendapatkan gelar pendidikan yang lebih baik. Aku ingin terbang menuju negeri impianku. Bukan jodoh. Apa pula arti mimpi semalam? Inikah petunjuk Tuhan.
***
Ibu datang mengunjungi kamarku. Sekali lagi aku ingin meyakinkan arti mimpiku semalam. Aku bertanya lagi. Jawaban ibu tetap sama. Jodoh. Aku tidak menginginkannya saat ini meski aku membutuhkan pasangan hidup mengingat usiaku yang tak lagi muda.
“Dengar Nak. Jodoh datang saat kamu sedang tidak mengejarnya. Disitulah jodoh datang menghampirimu” kata ibu dengan lembut mengusap kepalaku.
Memang aku dengar malah mereka yang terlalu mengejar ingin segera menikah, seperti Ratna misalnya, tak pernah kunjung datang.
“Tetapi siapa jodohku, bu? Pria yang aku inginkan pun kini pergi meninggalkanku” sanggahku pada ibu.
“Kadang Tuhan mengirimkan jodoh bukan seperti yang kau inginkan, tetapi seseorang yang kamu butuhkan” kata ibu sekali lagi sambil menutup pintu kamarku.
Jodoh. Arti mimpi. Apa yang kita butuhkan sesungguhnya lebih bermakna ketimbang seribu keinginan.
Jakarta, 26 April 2018
Ajeng