Seorang Perempuan berparas cantik namun sayang Tuhan memberikan
takdir buta saat ia memasuki usia remaja. Setiap hari Perempuan itu
memandang diri di cermin. Ia meraba wajahnya yang cantik. Meski tak bisa
melihat tetapi ia bisa merasakan bahwa wajahnya cantik.
Suatu kali, ia menemukan Peri Jahat dalam dirinya. Peri Jahat itu
membisikkan ke telinganya saban pagi, setiap Perempuan itu berkaca di
depan cermin. “Kamu jelek sekali. Pantas, tak ada lelaki yang mau bersamamu” ujar Peri Jahat itu.
Perempuan itu hanya bisa diam. Bagaimana ia bisa membuktikan bahwa ia
adalah perempuan cantik? Bagaimana ia bisa membuktikan bahwa ia dapat
menyangkal Peri Jahat ini? Ia pun tetap diam setiap Peri Jahat itu
membisikkannya.
Perempuan itu buta. Hanya itu yang diketahuinya.
Ia sadar bahwa ia bukanlah perempuan cantik sebagaimana dulu para
pria mengaguminya. Ia sadar dengan kelemahannya yang buta, hingga ia tak
menemukan pria yang layak untuk bersanding dengannya dalam hidupnya
kelak.
Perempuan cantik nan malang. Ia hanya bisa meratapi nasibnya sebagai
Perempuan buruk rupa. Gambaran cantik hanya dalam kenangannya. Gambaran
buruk rupa kini dalam benaknya. Peri Jahat itu berhasil menghasutnya.
Perempuan itu buta. Ia tidak menyadari bahwa selama ini bukan keadaan
yang menyebabkan ia tak bisa mengenali dirinya lagi. Perempuan itu
buta, tak melihat tapi bisa mendengarkan. Mendengarkan bukan dengan
suara hatinya. Perempuan itu mendengarkan Peri Jahat yang kerap datang
menghampirinya.
Perempuan yang cantik dirundung kemalangan. Setiap hari,
penglihatannya hanya bayangan gelap yang tertanam sebagai Perempuan
buruk rupa nan malang hingga tak ada seorang pria pun membukakan tabir
penglihatannya.
Perempuan itu terus berdoa dan berharap bahwa kelak Tuhan
mempertemukannya dengan seorang Pria yang menjadi Penglihatan buat
hidupnya kelak.
Peri Jahat datang terus menghampiri dan membisikkannya.
Perempuan itu pun terus berdoa dan berharap pada Tuhan agar keajaiban
itu muncul. Ia tak mungkin menyingkirkan Peri Jahat, karena Peri Jahat
tinggal dalam hatinya.
Suatu saat, Tuhan mendengarkan doa perempuan ini. Seorang Pria baik
hati datang hendak mencari Pendamping Hidupnya. Pria baik hati ini
mendengarkan bahwa ada seorang perempuan buta yang mencari pendamping
hidup. Didatanginya perempuan itu dengan penuh harapan, agar kelak
mereka dapat hidup bersama.
Alangkah bahagianya Perempuan ini mendengarkan niat baik Pria baik
hati ini. Semua orang menutup rapat-rapat mulut mereka agar Perempuan
ini tidak mengetahui bahwa sebenarnya Pria baik hati ini juga adalah
seorang yang memiliki kelemahan fisik. Pria baik hati ini adalah seorang
yang tidak memiliki pendengaran. Sejak kecil, Tuhan memberikan hidupnya
sebagai orang yang tak bisa mendengar tetapi memiliki indera yang peka.
Bicaranya tak lancar karena ia kesulitan untuk mendengarkan. Namun,
dengan hatinya, Pria baik hati ini mampu mengkomunikasikan apa yang
dikehendaki.
Itulah Tuhan, Dia membuat sesuatu yang tak mustahil menjadi terjadi.
Perempuan cantik dan buta itu menikahi Pria baik hati yang tuli.
Kini, Perempuan ini tak lagi malang, ia sudah menemukan Pendamping
Hidupnya.
Pria baik hati hanya bisa mengatakan, “Kamu adalah Perempuan yang cantik.” Sebagaimana yang terus diajarkan orangtuanya sejak ia ingin menikahi perempuan ini.
Setiap pagi, Pria baik hati ini akan menuntun Perempuan ini berjalan
menyusuri keindahan kota, tetapi tak banyak yang bisa dipercakapkannya.
Pria baik hati ini, hanya bisa berujar, “Kamu adalah Perempun yang cantik.”
Meski Perempuan ini tak bisa melihat keindahan dunia, tetapi dalam
pikirannya ia sadar bahwa ia adalah perempuan yang cantik. Karena, sang
suami, Pria baik hati, telah mengatakannya padanya.
Keindahan dunia hanya bisa dirasakan lewat hatinya, yaitu cinta yang dirasakan terhadap kebaikan hati Pria ini.
Itulah cinta, ketidaksempurnaan yang menyempurnakan kedua insan yang
tak sempurna agar memandang keindahan dunia dengan caranya sendiri.
Pria baik hati ini, bisa melihat keindangan dunia ini dan memandang
istrinya yang cantik tetapi tak bisa mendengar. Ia bersyukur Tuhan
menutup telinganya, sehingga ia tidak pernah mendengarkan suara seperti
Peri Jahat.
Perempuan yang cantik ini, tak lagi melihat buta sebagai kemalangan
hidupnya. Ia telah menemukan tambatan hatinya. Setiap hari, ia bisa
mendengarkan Pria, kini suaminya, berujar bahwa ia adalah perempuan yang
cantik. Ia bersyukur Tuhan menutup matanya, sehingga ia tak perlu lagi
melihat rupa Pria baik hati ini. Menurutnya, kebaikan hati tak lagi
dipandang dari rupanya. Ia tak perlu lagi melihat keindahan dunia ini
dengan matanya, tetapi cukup dengan hatinya yang penuh syukur bahwa ia
adalah perempuan yang cantik.
Begitulah cinta. Tuhan yang baik hati telah mengatur bagaimana pasangan hidup tercipta agar saling melengkapi.
Begitulah cinta. Cinta tidak tumbuh dari keindahan dunia atau keelokan seseorang, tetapi dari hati yang tulus.
Begitulah cinta. Ia memandang kerendahan hati seseorang untuk menerima pasangannya apa adanya, tanpa melihat kelemahannya.
Dan, begitulah cinta. Tiada yang paling indah, selain menyadari bahwa kau dicintai, seperti apapun dirimu.
Jakarta,Bulan baik di 2018
No comments:
Post a Comment