Ketika aku masih remaja, saat mengenal cinta pertama kali, pria idaman bagiku adalah dia yang pandai di sekolah. Sayangnya, aku tidak mendapatkannya. Mungkin karena aku juga tidak terlalu pintar.
Beranjak dewasa muda, ketika aku memasuki dunia perkuliahan, pria idamanku pun berubah. Dia adalah pria yang rupawan. Sayangnya, aku juga tidak mendapatkannya. Mungkin karena aku juga tidak terlalu rupawan.
Setelah menyelesaikan kuliah dan memasuki dunia pekerjaan, aku mulai mencari pria idamanku. Bagiku, dia adalah pria yang mapan dalam karir. Sayangnya aku juga tidak bisa mendapatkannya. Mungkin juga karena aku belum mapan kala itu.
Semakin lama usiaku berjalan maka aku semakin bijak dalam menemukan pria idaman. Berjalannya waktu, aku jadi paham bahwa pria idaman adalah dia yang membuatku nyaman menjadi diriku sendiri. Karena aku tidak hidup bersama kecerdasannya, kerupawanannya atau kemapanannya melainkan dengan kebaikan dan ketulusannya.
Aku menjadi bijaksana karena cinta. :)